Sabtu, 20 September 2014

D-23 Kerja Sampingan di Seoul

Kenapa saya harus mencari kerja sampingan? Apakah beasiswa dari Professor kurang?
Hmm, sebenarnya ebasiswa dari professor bisa dibilang cukup. Ya cukup, gak kurang atau lebih. Kerja sampingan mulai saya butuhkan saat saya memutuskan untuk tinggal di luar asrama. Saya ingin tinggal di one room, satu petak kamar lengkap dengan dapur dan kamar mandi di dalamnya. Masalah keuangan muncul karena untuk menyewa kamar ini dibutuhkan uang sebesar satu juta won sebagai jaminan. Saat itu professor saya tidak mau meminjamkan uang, tapi uang tempat tinggal langsung diberikan di awal semester. Jadilah saya memakai uang tempat tinggal untuk deposit. Alhasil uang bulanan saya hanya tersisa 500000 won, yang 350000 won nya dipotong untuk membayar sewa one room. Kalau dipikir secara logika susah masuk pasti, 150000 won untuk hidup layak selama sebulan di Seoul, hmm... Tapi berbekal prinsip bahwa rejeki dari Allah itu pasti ada, saya tidak pernah takut kekurangan materi. Hal itu terbukti, beberapa tawaran kerja sampingan saya ambil untuk memenuhi kebutuhan hidup selama sebulan. Apa aja sih kerja sampingan yang pernah saya lakukan?
1. Menjaga counter hp di Ansan
Menjaga counter hp di Ansan bagi saya gampang-gampang susah. Karena saya sebenarnya cenderung sulit akrab jika bertemu orang baru (kecuali di lingkungan yang familiar bagi saya). Tantangan yang saya hadapi adalah bagaimana caranya menarik pelanggan agar mau membeli hp di counter yang saya jaga. Percobaan pertama bisa dibilang gagal, karena saya memutuskan berhenti sebelum genap satu bulan kerja. Percobaan kedua ada sedikit kemajuan tapi saya berhenti karena harus mengajar di UT Korea hari minggu.
2. Bekerja di restoran Indonesia, Siti Sarah
Setelah berhenti menjaga counter hp, saya mencoba bekerja sampingan di Siti Sarah. Bekerja di restoran itu enak, makan terjamin, shalat mudah, hehehe. Tapi sayangnya kerja saya dinilai lambat (T.T), akhirnya saya pun memutuskan berhenti sebelum diberhentikan.
3. Mengajar Bahasa Indonesia
Murid Bahasa Indonesia pertama saya adalah seorang pegawai Samsung yang pernah tinggal di Indonesia selama satu tahun. Tujuan dia hanya ingin agar kemampuan bahasa Indonesia yang dia miliki tidak luntur. Mengajar bahasa Indonesia itu menyenangkan, dalam waktu 2 jam bisa mendapat uang lumayan.
4. Menjadi tester voice command
Pekerjaan ini hanya pernah saya jalani sekali. Membaca daftar voice command untuk direkam.
5. Mengajar di UT Korea
Pekerjaan sampingan yang satu ini sangat menyenangkan. Tidak dapat diceritakan secara singkat. Saya akan menceritakannya dalam satu tulisan terpisah, hehehe.
6. Menjadi guide turis Indonesia 
Ini adalah pekerjaan sampingan yang baru bisa saya lakukan setelah lulus. Karena pekerjaan ini tidak hanya di waktu akhir pekan, tapi juga di hari-hari biasa.

Jumat, 19 September 2014

D-24 AADL Konkuk University

Ah, hari ini tadinya saya mau jalan-jalan ke Myeongdong, tapi apa daya ada kerjaan lab yang tidak bisa saya tunda (karena hari Senin ada meeting dan harus melaporkan kerjaan ini, hehehe). Jadi... Saya mau ebrcerita tentang lab saya saja. Lab yang sudah saya tempati selama tiga tahun terakhir ii. Lab tempat saya belajar, melakukan riset, baca komik, nonton youtube, dan lain-lain, hahaha...

Aerodynamics Analysis and Design Laboratory

Awal mula saya bergabung dengan lab ini karena saya mendapatkan beasiswa dari salah satu professor yang tergabung di lab. Total ada 3 professor yang memimpin riset di lab, Prof. Byun, Prof. Lee, dan Prof. Kim. Gak perlulah saya tuliskan nama lengkapnya, hehehe. Riset-riset yang dilakukan banyak berkaitan dengan bidang CFD (Computational Fluid Dynamics), tetapi ada juga riset yang berhubungan dengan aerodinamika komputasional, terutama riset yang dipegang oleh Prof. Byun. 
Jangan membayangkan lab saya seperti laboratorium teman-teman jurusan biologi, kedokteran, kimia, atau laboratorium eksperimental lainnya. Lab saya lebih terlihat seperti kantor, satu ruangan penuh dengan kubikel-kubikel. Sepanjang hari saya berkutat dengan layar komputer. Sebenarnya saya kurang cocok dengan analisis komputasional, tapi apa boleh buat, saya sudah terlanjur nyemplung ke dalam dunia riset seperti ini, heuheu. 
Beginilah kira-kira penampakan meja saya, :D
Proyek-proyek yang sudah pernah saya kerjakan selama ini berkaitan dengan helikopter dan pesawat ringan (light aircraft). Di dalam proyek helikopter keterlibatan saya sebatas penyambung lidah antara senior saya yang sudah pulang ke Vietnam dengan pimpinan proyek (seorang professor dari SNU). Sedangkan untuk proyek light aircraft keterlibatan saya jauh lebih banyak. Tetapi sebagian besar berhubungan dengan analisis struktur dan beban pesawat. Thesis saya sendiri tentunya berhubungan dengan proyek yang sedang saya kerjakan (salah satu dari beberapa proyek yang dikerjakan dalam waktu hampir bersamaan). 
Total mahasiswa yang melakukan riset di lab ini sekitar 20 orang, terdiri dari mahasiswa undergraduate, master, dan phd. Masing-masing professor membimbing beberapa mahasiswa. Professor yang mempunyai mahasiswa bimbingan paling banyak adalah Prof. Lee. 

Kamis, 18 September 2014

D-25 Ttukseom Resort

Tahukah kamu? Di kota Seoul terdapat satu sungai yang sangat besar dan panjang. Namanya sungai Han atau lebih terkenal dengan sebutan Han-Gang (bahasa Korea dari sungai Han). Sungai Han ini membagi dua kota Seoul secara melintang. Total jembatan yang dibangun untuk menghubungkan Seoul bagian utara dan selatan di sepanjang sungai Han adalah 27 buah. Terbayang kan betapa panjangnya sungai Han ini. Untuk menjaga kelestarian lingkungan di sekitar sungai, pemerintah Korea membuat taman-taman dan tempat rekreasi bagi warga Seoul. Salah satu taman sungai Han terletak di dekat Konkuk, yaitu Ttukseom Han-Gang Park. 
Berjalan-jalan di Ttukseom Han-Gang Park cukup untuk melepaskan penat setelah satu hari berhadapan dengan layar komputer di lab. Untuk mencapai Han-Gang park cukup dengan berjalan kaki. Jarak dari Konkuk ke taman ini hanya 1 atau 2 km, kira-kira 15 atau 20 menit berjalan kaki (dengan kecepatan jalan orang korea yang 8282). Lalu, apa saja sih yang ada di taman ini?

1. Fasilitas Olah Raga
Berbagai macam fasilitas olahraga bisa digunakan secara gratis di taman ini. Mulai dari lapangan basket, lapangan bola, sampai alat fitnes. Ada juga fasilitas olah raga berbayar, yaitu sepeda dan kolam renang, Kolam renang hanya beroperasi di musim panas. Di musim dingin kolam renang ini diubah menjadi tempat seluncur salju. Sayangnya saya belum sempat mencoba berseluncur di sini.

2. Cafe dan Restoran
Cafe terletak di bangunan berbentuk spiral yang menyambung dengan stasiun. Sedangkat restoran terletak di tepi sungai Han. Kalau punya pasangan dan mau dinner romantis mungkin bisa dicoba dinner di restoran ini, hehehe.

3. Penyewaan Boat
Saya kurang tahu penyewaan boat di Ttukseom ini masih aktif atau tidak. Saya tadi malam ke sana tempat penyewaannya sudah tutup. 

4. Street Performance
Tampaknya street performance ini ada di waktu-waktu tertentu saja. Kebetulan tadi saya ke sana ada mereka. Dua orang laki-laki bernyanyi duo dengan diiringi musik dari handphone yang disambungkan ke amplifier. Suara mereka cukup merdu. Sayangnya tadi saya tidak sempat memberi uang kepada mereka karena saya kabur saat ada bapak-bapak mabuk yang ingin berjoget di depan.

5. Flea Market
Setiap hari Sabtu pagi sampai jam 12:00 ada flea market di daerah sini. Saya belum pernah ke sana sih, mungkin bisa dicoba minggu depan.


Rabu, 17 September 2014

D-26 Konkuk Festival WaterparKU

Pagi ini saya terbangun karena mendengar suara-suara berisik dari arah kampus. Suara mahasiswa yang mencoba bernyanyi tapi gagal (fals bok suaranya... -___-"). Saya pun berangkat ke lab seperti biasa. Alangkah kagetnya saya ketika berjalan memasuki gerbang belakang suasana kampus luar biasa super duper rame parah...!!! Ternyata hari ini dan besok ada festival kampus. Biasanya festival kampus ini terselenggara di musim semi, sekitar bulan April. Tahun ini festivalnya mundur karena di bulan April ada kejadian kapal Sewol tenggelam. Dalam rangka berduka, di seluruh Korea tidak diperbolehkan ada acara yang mengundang keramaian sampai sekitar bulan Juni.
Nah, ada apa aja sih di festival kampus? Percayalah acara OHU di ITB lebih bervariasi daripada festival kampus sini. Yang namany festival kampus pasti adalah ajang unjuk gigi tiap unit dan himpunan mahasiswa. Di sini pun sama, tetapi tiap unit dan himpunan mahasiswa berlomba-lomba membuat stand makanan. Yup, hampir semua stand yang ada di festival ini adalah stand makanan. Ada sih beberapa stand yang menawarkan permainan, seperti stand basket, baseball, dan tenis meja. Tahun lalu saya mencoba bermain di stand baseball. Saya harus membayar 1000 won untuk melemparkan bola baseball ke sasaran. Jika saya berhasil 3 kali (kalau gak salah), saya akan mendapatkan satu kaleng minuman. 
Waktunya beraksi...!!! Hahahaha...

Suasana di amphitheater Konkuk University saat menonton konser di festival kampus.
Oh iya, hal yang paling menarik saat festival kampus adalah naik kapal keliling danau...!!! Hal yang gak akan pernah bisa dilakukan di hari-hari  biasa. Hanya dua hari dalam setahun kita bisa naik kapal mengelilingi danau konkuk. Satu kapal seharga 10000 won untuk disewa. Ini cool banget...!!! 
Antrian untuk menaiki kapal keliling danau.
Danau Konkuk dan kapal-kapal.
Oh iya, selain stand makanan dan permainan tentunya ada panggung-panggung tempat band kampus unjuk kebolehan. Total ada 4 panggung, di dalam stadium, di tengah kampus, di depan student union, dan di tengah amphitheater. Tahun lalu ada satu band kampus yang membuat saya terpukau. Pelafalan bahasa Inggrisnya bagus, terus suaranya juga merdu. Di panggung itu dia nyanyi lagu cough syrup.  
Band yang keren banget menurut saya.

Selasa, 16 September 2014

D-27 Kirim atau Buang?

Tadinya saya berniat untuk jalan-jalan ke Ttukseom Hangang Park. Tapi apa daya saya malas karena siangnya sudah menjadi kuli angkut kardus. Cuma satu sih kardus yang diangkut, tapi lumayan beratnya, hehehe. 
Karena siang tadi saya jadi kuli angkut dan malam barusan saya menyortir baju-baju, maka tulisan kali ini seputar pengiriman barang dan membuang baju di Korea.

Pengiriman Barang ke Luar Negeri dari Korea

Sebagai warga asing yang sedang bersiap-siap untuk pulang ke negara asala, saya ingin mengirimkan sebagian barang melalui pos. Mengirimkan barang ke Indonesia dari Korea bisa dengan dua cara, melalui pos atau cargo. Pos Korea melayani pengiriman melalui udara dan laut. Sedangkan cargo hanya melayani pengiriman melalui laut (kalau gak salah sih, hehehe). Keuntungan menggunakan jasa pos adalah lebih murah tetapi volume dus dan berat sangat dibatasi. Kelebihan menggunakan jasa cargo adalah berat barang unlimited dan barang terjamin sampai di depan pintu rumah, tapi sayang sekali jasa cargo cukup mahal. Lama waktu pengiriman menggunakan jasa pos ataupun cargo rasanya hampir sama, 1-2 bulan. Berdasarkan pertimbangan harga maka saya memilih menggunakan jasa pos dengan pengiriman melalui laut. 
Langkah pertama yang saya lakukan adalah membeli kardus dengan ukuran paling besar yang diperbolehkan. Oh iya, pos Korea memiliki kardus dengan ukuran-ukuran tertentu, mulai dari nomor 0 sampai 6. Ukuran kardus terbesar yang diperbolehkan untuk pengiriman ke luar negeri melalui laut adalah ukuran nomor 5. Saya langsung membeli dua buah kardus, siapa tau kan saya gelap mata dan banyak mengirimkan barang. 
Beberapa hari setelah membeli kardus saya pun mulai menata buku-buku dan sebagian baju yang kira-kira tidak akan saya pakai dalam waktu dekat. Satu, dua, tiga, tiba-tiba hampir semua buku saya masukkan ke dalam kardus. Setelah cukup yakin tidak ada barang tambahan lagi, saya mulai mencari cara bagaimana memindahkan kardus berisi buku-buku seberat +/-20 kg dari kostan ke kantor pos. Tampaknya cara paling mudah adalah dengan menggunakan cart. Masalahnya adalah saya dan teman-teman Indonesia di Konkuk gak ada yang punya cart. Bingung lah saya. Coba tanya-tanya ke teman lab jawabannya sama, gak punya, gak tau pinjem kemana. Saya pun pasrah.
Pagi menuju siang hari tadi saya iseng ke student union (di sana ada bank, kantor pos, kantin, toko buku, toko alat tulis), tiba-tiba mata saya menangkap kehadiran cart yang saya butuhkan. Alhamdulillah...!!! Saya mencoba pinjam cart pada ibu penjaga toko alat tulis. Awalnya dia bilang cart-nya dia pakai. Tapi saya merayu, cuma 30 menit bu, saya akan kembalikan secepatnya. Lalu dia memutuskan saya boleh menggunakan cart saat itu juga dengan lama peminjaman 30 menit. Tetot...!!! Saya langsung berjalan cepat pulang ke kostan dengan menggeret cart pinjaman. Niatnya saya ingin meminta bantuan teman-teman Konkuk untuk memindahkan kardua dari kamar ke cart. Tapi sayangnya saat itu masih jam 11:30, biasanya teman-teman masih di lab masing-masing. Akhirnya saya mencoba memindahkan kardus itu sendiri. Angkut kardus, geret cart, timbang kardus, daaannn... overweight...!!! Berat total kardus berisi buku-buku itu 28,sekian kg. Saya mengeleuarkan buku-buku foto kopian dari dalam kardus, berkuranglah beratnya menjadi 20,08 kg. Saya membiarkan berat kardus segitu dengan asumsi pihak kantor pos akan memaklumi kelebihan berat 0,08 kg. Tapi ternyata asumsi saya salah, hiks. Setelah saya kurangi lagi isi kardusnya, tinggallah tersisa 19.90 kg. Total biaya yang harus saya bayar untuk mengirimkan 19,90 kg barang dari Korea ke Indonesia adalah 42500 won, kira-kira 500ribu rupiah. Lumayan lah...

Pembuangan Baju tak Terpakai

Ketika jam makan malam tiba saya pulang ke kostan. Mendapati kamar sedikit lengan cukup menyenangkan. Sayangnya masih ada tumpukan baju tak terpakai di pojok kasur. Akhirnya saya memutuskan untuk membuang baju-baju tersebut. Saya membuangnya karena sudah tidak layak pakai, tidak tega kalau baju seperti itu harus saya hibahkan ke junior.
Ada hal menarik yang perlu diperhatikan jika ingin membuang baju di Korea. Pemerintah Korea menyediakan kotak pembuangan baju, tas, sepatu, selimut, bantyal, dan barang-barang sejenis. Kotak ini bentuknya hampir seperti kotak pos dengan ukuran jumbo. Perbedaan paling mencolok ada di bagian mulut kotak. Mulut kotak pembuangan baju ukuranny cukup besar dan letaknya agak tersembunyi.
Malam tadi saya memasukkan kira-kira 6 baju ke dalam kotak tersebut. Lumayan lah, mengurangi beban bagasi nanti dan menambah luas kamar. 

Senin, 15 September 2014

D-28 Makanan dan Jajanan di Sekitar Konkuk University

Tadinya saya berencana naik bus Seoul City tour yang course malam, tapi ternyata bus tidak beroperasi di hari Senin. Setelah berpikir agak lama, saya pun memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar kampus. Di tengah perjalanan tiba-tiba terlintas ide untuk mendokumentasikan warung-warung tempat saya biasa jajan atau makan di sekitar kampus. 

(Ceritanya ini teaser, poto-potonya dulu yang dipost, cerita tentang setiap tempatnya nanti menyusul)

1.  Warung Jus (gak tau apa namanya)
Mari kita mulai dari tempat jajan paling dekat dengan gerbang belakang Konkuk. Warung jus ini letaknya agak terpencil. Awalnya saya gak pernah beli jus di sini, tapi setelah nyoba sekali beli, rasanya enak plus harganya murah. Ahjumma2 yang jual pun ramah. Kalau butuh asupan vitamin dari buah tapi uang terbatas tempat ini sangat recommended. :D
2.  Yoger Presso
Jalan sedikit lebih jauh dari warung jus ada kafe yoger presso. Kafe franchise yang harga-harganya cukup terjangkau dompet mahasiswa. Rasa caffe mocha di sini cukup enak, bisa dibilang standar. Makanan yang spesial bagi saya di sini adalah waffle. Waffle di kafe ini enak, besar, dan murah, hahaha. Kalau gak sempat beli roti atau makanan untuk sarapan, waffle di kafe ini sangat cocok untuk sarapan.
3.  Bongousse
Di seberang Yoger Presso ada jalan kecil, masuk ke jalan itu sedikit, di sebelah kiri ada warung yang menjual burger nasi. Nama warung ini adalah bongousse, rasanya ini warung franchise. Biasanya saya pesan 치즈밥보고 atau burger nasi isi kimchi, keju, dan tuna. Burger nasi ini lumayan loh, murah dan enak walaupun gak cukup mengganjal perut, hehehe.
4.  Amajake (아마자께)
Di sebelah kanan Yoger Presso ada restoram favorit mahasiswa Indonesia di Konkuk, restoran Amajakke atau restoran Pak Gendut. Kami menyebutnya begitu karena pemilik restoran ini badannya gendut, tapi ramah loh bapaknya. Restoran ini disukai karena menunya sebagian besar berbahan dasar seafood. Selain itu satu set menu di sini sangat banyak, selain menu utama, kita akan disuguhi banchan (side dish) dan odeng (fish cake plus kuah). Oh iya, satu lagi istimewanya restoran ini, harganya murah, hehehe...
5.  Tom n Toms Coffee
Jalan sedikit dari Amajakke ada Tom n Toms Coffee. Kafe ini bukan satu-satunya yang berada di dekat gerbang belakang Konkuk tapi hanya ini kafe yang cukup nyaman untuk dijadikan tempat mengerjakan tugas atau kongkow. Harga di kafe ini standar harga kafe pada umumnya. Pemilik kafe cabang Konkuk ini tampaknya sepasang suami istri. Biasanya mereka akan mengurus kafe menjelang tutup. 
6.  GS 25
GS 25 ini adalah convenient store biasa seperti 7/11 atau CnU di tempat lainnya. Tetapi bagi saya GS25 di seberang Tom n Toms ini adalah convenient store paling nyaman dikunjungi ketika sedang iseng cari jajanan. Penjaganya ramah, manager GS25 ini juga ramah, saya pernah ngobrol sedikit dengan beliau. Promo 2+1 nya pun di sini lebih menarik daripada di tempat lain, hehehe.
7.  Fresh King
Sebutlah kampus sehat di Korea, bisa jadi Konkuk salah satunya. Karena bukan hanya restoran dan warung jajan yang banyak di sekitar kampus, warung jus buah pun ada beberapa. Warung jus lain di dekat Konkuk adalah Fresh King. Warung jus ini posisinya bersebelahan dengan warung kimbab "mas hadi" (temat kak hadi beli kimbab). Harga di warung jus ini lebih mahal daripada di warung jus sebelumnya, tetapi memang tempatnya jauh lebih besar. 
8.  Tous les Jours

9.  Takoyaki
Belum ada fotonya, semalem bapaknya gak jualan.
10. Tteoppokki (떡볶이) 

11. Paris Baguette

12. Caffe Bene

13. Bbong Sin

14. Softree

15. Coffine Gurunaru

16. Tongdanpat (통단팥)



17. Gong Cha

18. Macaron Ice Cream

19. Crepes Nutella

20. Restoran Sundubu
21. Restoran Ikan
22. Solbing
23. Mango Six
24. Mouse n Rabbit Cafe
25. Nippong Neppong dan Nitteok Netteok


Minggu, 14 September 2014

D-29 Daegu, Gyeongsan, Yeungnam University

Daegu adalah salah satu kota di Korea Selatan. Kota ini terletak d provinsi Gyeongsangbuk atau biasa disebut Gyeongbuk. Selama 3 tahun saya tinggal di Korea, belum pernah sekali pun saya ke kota ini. Kali ini saya pergi ke Daegu dengan niat menghadiri acara kongres dan raker PERPIKA. (Saya baru tau ternyata raker PERPIKA itu di kota Gyeongsan, tetangganya Daegu).
Perjalanan Seoul-Daegu menggunakan bus kira2 3.5 jam. Karena acara raker akan dimulai pukul 10 pagi, maka saya dan teman saya harus naik bus paling pagi, jam 06:20. Menurut info dari teman lain, kami harus mencari tiket bus ke Daegu atau Gyeongsan di Central Bus Terminal. Saya dan teman saya (sebut saja teh Puteri) pun naik subway paling pagi ke terminal yang dimaksud. Sesampainya di sana, reaksi petugas tiket adalah, "Apa? Gyeongsan? Wah gak tau". Setelah saya sebut Daegu, petugas tiket mengarahkan kami ke terminal sebelah. Alhamdulillah kami bisa mendapat tiket bus paling awal, walaupun harus duduk di kursi paling depan karena kami dapat kursi sisa.
Rest area tempat bus berhenti setelah menempuh 2,5 jam perjalanan.
Setelah 3.5 jam perjalanan kami pun sampai di Daegu Hanjin terminal. Ternyata perjalanan kami belum selesai. Dari Daegu terminal kami masih harus naik subway selama 45 menit untuk sampai di Yeungnam University (yang ternyata terletak di kota Gyeongsan). Ini semua demi menghadiri raker PERPIKA. Apa sih yang nggak buat PERPIKA? (Halah, sok2an aja ini gw, hahaha...)
Perjuangan kami belum selesai. Gedung tempat raker ternyata jauh di belakang gerbang utama kampus. Saat itu kami berjalan jam 11:30 dalam kondisi belum sarapan (eh, yang belum sarapan cuma saya, huhuhu...). Alhamdulillah kami gak nyasar, yeay...!!!
Acara masih berlangsung ketika saya sampai. Ternyata ada yang membuat nasi goreng untuk sarapan, Alhamdulillah... Tapi sayangnya si pembuat nasi goreng hanya membawa sendok, saya pun kebigungan mencari alas makan. Memang harus sabar tampaknya. Piring2 plastik baru tersedia pada saat istirahat shalat. Saya yang sudah sangat kelaparan agak kalap, hehehe. 
Setelah istirahat shalat acara berlanjut hingga jam 15:00. Saya dan teh puteri kebingungan karena kami belum tau bagaimana cara kami pulang ke Seoul. Tiket kereta menuju Seoul sudah hampir habis, tinggal tersisa tiket KTX jam 23:00. Kami pun panik mencoba mencari informasi tiket bus. Alhamdulillah kami bisa booking tiket bus jam 17:30. 
Rencananya kami akan pergi ke terminal jam 16:00. Tetapi rencana hanya tinggal rencana. Karena terlalu menikmati makanan kami baru pergi jam 16:20. Dengan sedikit tergesa kami mencari taksi yang mau membawa kami ke stasiun Sawol. Sayangnya ketika kami sampai di stasiun kereta baru saja pergi. Kami pun harus menunggu beberapa menit untuk kereta berikutnya. 
Kami sampai di stasiun Dong Daegu jam 17:21, agak tergesa (lari2 panik) kami menuju terminal. Ternyata salah terminal...!!! Untungnya terminal yg benar ada di sebelah. Kepanikan berikutnya adalah uang saya di atm gak cukup untuk membayar tiket bus...!!! Jreng...!!! Alhamdulillah teh Puteri mau meminjamkan atmnya, tiket bus pun bisa dibayar. Setelah masalah tiket selesai, kami naik bus tapi ternyata tempat kami sudah diduduki orang lain...!!! Agak bingun sambil menunjukkan tiket bus dan agak ngotot, ternyata kami salah naik bus. Seharusnya kami naik bus sebelah, haduh... Kepanikan membawa masalah memang -___-".
Alhamdulillah pada akhirnya kami sampai dengan selamat sentosa di Seoul jam 21:00. Terima kasih teman2 PERPIKA...

Sabtu, 13 September 2014

D-30 Tugas Baru, Orang Baru

Tulisan-tulisan yang akan saya buat mulai dari sekarang adalah proyek pribadi sebagai kenang-kenangan terakhir sebelum meninggalkan negeri ginseng. Saya ingin kenangan terakhir ini menjadi kenangan manis yang bisa selalu saya kenang melalui tulisan. Pengalaman yang saya tuliskan berawal dari tanggal 13 September 2014.

Seminggu yang lalu saya ditawari oleh seorang teman untuk membantu penyelenggaraan rapat evaluasi tim Panwaslu luar negeri regional Asia Pasifik. Teman saya membutuhkan bantuan karena rapat evaluasi ini secara mendadak diputuskan akan diadakan di Seoul pada tanggal 12-13 September. Saya pun menerima tawaran tersebut. Semua persiapan kami coba selesaikan sebelum tanggal 12 September. 

Tugas saya di kepanitiaan ini diawali dengan menjemput para perwakilan panwaslu dari Kuching, Penang, Tokyo, Kota Kinabalu, Perth, Melbourne, Kuala Lumpur, dan Tawau. Sebagian besar datang pada tanggal 12 September di pagi hari. Saya harus stand by di bandara sejak pukul 07:15. Waktu kedatangan masing-masing perwakilan berbeda-beda dan beberapa penerbangan harus dijemput di gate berbeda. Saya menunggu semua perwakilan keluar dari gate arrival di bandara Incheon sampai pukul 10:00. Ketika saya sedang mengecek semua jadwal penerbangan, tiba-tiba masalah muncul dari perwakilan Perth. Bapak dari Perth tidak mau tinggal di hotel yang sudah dipesankan panitia karena peserta lain akan tinggal di tempat yang lebih murah. Masalah lain muncul ketika tiba-tiba perwakilan dari Dili datnag tanpa konfirmasi sehingga mereka belum tahu akan tinggal di mana. Ketua panitia akhirnya memutuskan untuk membawa para perwakilan menuju bus terlebih dahulu, barulah nanti diputuskan akan dibawa ke mana mereka semua.

Foto bersama perwakilan panwaslu Kuching dan Tawau. (Foto diambil dari kamera hp Vidi)

Tujuan pertama bus dari Incheon adalah Courtyard Marriott Hotel di Time Square. Saya yang kurang gaul di dunia perhotelan dengan polosnya meminta bapak sopir untuk membawa kami menuju Hotel Marriott. Tiba-tiba saya melihat sesuatu yang aneh. Bus yang kami tumpangi melewati stasiun Express Bus Terminal...!!! Padahal seharusnya hotel yang dimaksud ada di dekat stasiun Yongdeungpo. Ternyata eh ternyata, bapak sopir membawa kami ke J.W.Marriott Hotel di central bus terminal. Ya Allah, cobaan hari ini ternyata ada lagi. Untungnya bapak sopir kami baik, dia memintasaya menelepon hotel agar dia bisa tau letak pasti hotel yang saya maksud. Masalah pertama selesai, bus sampai dengan selamat di Courtyard  Marriott Hotel. Tujuan selanjutnya adalah masjid Itaewon, Alhamdulillah tidak ada masalah ketika kami menuju masjid Itaewon. Semua perwakilan bisa menjalankan ibadah shalat Jumat dan menikmati makan siang di restoran yang ada di Itaewon. 

Tujuan ketiga adalah tempat tinggal lain yang dipesan melalui salah seorang teman saya. Tempat ini jauh lebih murah daripada hotel resmi dari pihak panitia, hanya 1/4 kalinya saja saudara-saudara. Bus pun melaju ke tempat yang dimaksud, bapak sopir sempat agak kebingungan tapi kami sampai dengan selamat. Masalah berikutnya datang... Pemilik penginapan syok melihat orang yang turun dari bus jauh melebihi kapasitas penginapan miliknya. Dia pun protes dengan gaya bicara orang Korea (agak marah-marah teriak-teriak bikin panas hati). Saya bilang, mereka gak akan semua masuk tempat dia, sebagian ke tempat lain yang akan dicari nanti. Sebelas orang yang sudah memesan tempat pun mengikuti simibu pemilik penginapan. 
Lagi-lagi masalah muncul ketika kami sampai di penginapan. Ternyata penginapan yang dimaksud adalah otel kecil yang baru bisa ditempati setelah makan malam. Jderrr...!!! Ibu-ibu yag sudah capek ingin istirahat pun protes. Saya pun kebingungan bagaimana harus menerjemahkan kata-kata si ibu pemilik motel ke para perwakilan panwaslu. Berbagai masalah di motel pertama dapat diselesaikan setelah 1,5 jam. Lalu bagaimanakah nasib 9 orang lain yang belum mendapatkan penginapan? 

Mereka sudah KZL menunggu di bus. Kepanasan, capek, dan segala bentuk kekesalan rasanya mereka simpan dalam hati. Bukan hanya mereka yang kesal, saya pun kesal karena sudah kena semprot ibu pemilik penginapan, harus menghadapi orang-orang yang baru saya temui pula. Singkat cerita saya meminta bapak sopir membawa kami kembali ke daerah dekat Courtyard Marriott Hotel untuk mencari motel lain. Akhirnya 9 orang yang tersisa bisa mendapatkan tempat menginap. Fyuuuhhh... Tugas hari pertama selesai setelah saya mengantarkan para perwakilan ke dogdaemun untuk membeli souvenir.


Kamis, 10 Juli 2014

Menyusuri Benteng Utama Kota Seoul

Benteng Seoul atau lebih dikenal dengan nama Seoul Fortress adalah tembok panjang yang mengelilingi lima (5) istana utama di kota Seoul di masa dinasti Joseon. Benteng ini melintang melalui empat (4) gunung, Inwangsan, Bugaksan, Namsan, dan Naksan[1].
Para turis dapat memilih beberapa rute perjalanan menyusuri benteng kota Seoul ini. Kali pertama saya melakukan penyusuran benteng, dimulai dengan mencoba rute gunung Bugaksan. Rute ini termasuk rute yang cukup sulit dilalui karena gunung Bugaksan cukup curam.